Video: Islam Dan Akal Sehat #6 - Dua Wajah Islam Dan Mitos Agama Damai
Dalam video ini, akar terorisme dalam Islam dibongkar!
Setelah menonton video ini tak akan ada lagi orang yang berani mengatakan Islam adalah agama damai!
Transkrip:
Nyaris setiap kali ada tindakan terorisme yang melibatkan pelaku muslim kita selalu mendengar para tokoh masyarakat, entah itu ulama atau pejabat pemerintah sibuk mengatakan terorisme tidak ada hubungannya dengan Islam dan Islam adalah agama damai. Ini selalu diungkapkan berulang-ulang seperti iklan layanan masyarakat...
Sebaliknya, setiap kali teroris tertangkap dan diadili, mereka juga selalu meyakini apa yang dilakukan adalah berdasarkan ajaran Islam!
Jadi mana yang benar? Islam mengajarkan damai.. atau Islam mengajarkan terorisme? Islam menurut versi ulama moderat dan politisi.. atau Islam menurut versi ulama radikal dan teroris?
Untuk memahami ini kita perlu mengacu pada Islam itu sendiri, bukan mendengarkan propaganda tentang Islam....Dan untuk itu kita perlu mengetahui bagaimana Islam terbentuk pada mulanya, bukan mendengarkan tafsiran politikus, ulama, atau teroris.
Islam pada saat Muhamad membentuknya adalah Islam yang sesungguhnya, itu adalah bentuk Islam yang orisinil, sudah final dan sempurna! Maka Islam itulah yang akan menjadi acuan obyektif kita.
Islam memiliki dua periode dalam pembentukannya, yaitu periode Mekah dan periode Madinah.
Seperti kebanyakan orang di Mekah pada masa itu, Muhamad adalah seorang pagan penyembah berhala. Setelah menerima wahyu yang ia percaya berasal dari malaikat Gabriel (atau Jibril), Muhamad mulai mengajarkan wahyu tersebut pada orang-orang di Mekah.
Kondisi masyarakat Mekah di saat Muhamad memulai misinya sebagai nabi, sangat plural. Kabah yang merupakan tempat penyembahan berhala pada saat itu berisi lebih dari 300 jenis patung berhala, termasuk Hajar Aswad yang disembah oleh Muhamad dan keluarganya.
Sementara itu keadaan Muhamad yang tidak memiliki kekuasaan politik membuat Muhamad menjadi orang yang sangat toleran terhadap berbagai perbedaan agama yang ada pada masa itu... Pada periode inilah ayat-ayat Alquran seperti "Bagimu agamamu, bagiku agamaku...", "tidak ada pemaksaan dalam agama"..dan lain-lain muncul. Inilah wajah islam yang damai dan ramah....!
Ironisnya, selama 13 tahun upayanya mengajarkan Islam sebagai agama yang menurutnya adalah penerus tradisi monotheis Abraham, Muhamad hanya memperoleh sekitar 150 orang pengikut. Berarti pengikutnya hanya bertambah kurang lebih 11 orang pertahun. Ini jumlah yang sangat sedikit.... Bisa dikatakan upayanya menyebarkan Islam di Mekah adalah suatu kegagalan!
Tetapi keadaan menjadi berubah drastis setelah Muhamad pindah atau hijrah ke Yathrib, sebuah kota yang dikuasai oleh beberapa suku Yahudi. Pada periode ini Muhamad mengubah taktiknya dengan mulai memanfaatkan strategi politik dan kekerasan secara agresif.
Islam yang semula religius berubah menjadi ideologis dan terobsesi pada upaya untuk merebut kekuasaan. Dari status awal sebagai pengungsi, Muhamad terus menarik banyak pengikut dengan strategi barunya dan akhirnya ia berhasil menguasai Yathrib dengan menindas serta memusnahkan orang-orang Yahudi yang menguasai kota itu sebelumnya. Muhamad kemudian mengubah nama kota itu menjadi Madinah.
Pada periode Medinah inilah muncul ayat-ayat pedang seperti Q9:5 yang berbunyi...Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin (atau non-muslim) itu dimana saja kamu jumpai mereka...... dan banyak lagi ayat-ayat lainnya yang menginspirasi sebagian umat muslim untuk melancarkan jihad.
Yang harus dipahami, dan ini sangat penting, ayat-ayat pedang yang turun di Madinah ini menggantikan atau meng-abrogasi ayat-ayat toleran dan damai yang sebelumnya turun di Mekah! Meskipun demikian ayat-ayat periode Mekah ini tidak dihilangkan, ayat-ayat tersebut tetap ada di dalam Alquran dan tercampur diantara ayat-ayat pedang dengan urutan yang tidak kronologis.....
Secara statistik, Islam dengan semangat dominasi dan jihad versi Madinah ini adalah Islam yang sukses. Pada periode ini Muhamad berhasil meraih 100 ribu pengikut dalam waktu 10 tahun! Dan pada akhir hidupnya seluruh jazirah Arab mutlak dikuasai Islam. Bandingkan ini dengan 13 tahun periode Mekah dimana Muhamad hanya mampu meraih pengikut sebanyak 150 orang!
Bisa dikatakan periode Madinah adalah wajah Islam yang sesungguhnya, yaitu Islam yang ideologis, haus kekuasaan, tidak toleran, dan siap melakukan kekerasan untuk mencapai tujuannya. Sebaliknya, periode Mekah adalah wajah Islam pecundang atau Islam yang gagal. Itu sebabnya kalender Islam yang menandai awal peradaban Islam tidak dimulai di Mekah, tapi dimulai saat Muhamad hijrah ke Madinah.
Dan untuk mengubur dalam-dalam kenangan buruk kegagalan Islam di Mekah, Muhamad merebut kembali ke kota tersebut dengan pasukan jihadnya dan menjadikan Mekah sebagai kota apartheid paling ekstrim di dunia sampai hari ini!
Nah, apa yang bisa kita simpulkan dari realita sejarah pembentukan Islam ini?
Ada dua kesimpulan penting yang bisa kita tarik...
Yang pertama, Islam adalah agama dengan dua wajah: agama damai kalau yang kita maksud adalah periode Mekah dan agama ideologis yang penuh kekerasan jika yang dimaksud adalah periode Madinah!
Yang kedua dan terpenting, Islam yang sesungguhnya adalah Islam Madinah! Itulah Islam yang sukses dan secara resmi peradaban Islam memang dimulai pada Islam Madinah, bukan Islam Mekah. Disinilah kekuatan dan jatidiri Islam yang sesungguhnya dibangun serta disempurnakan. Dengan demikian Islam bukan hanya ajaran religius seperti pada periode Mekah tapi terutama adalah kekuatan ideologis yang terobsesi untuk mendominasi dunia dan siap melakukan kekerasan jika itu perlu...
Melihat karakter Islam Madinah yang ideologis dan haus kekuasaan, bisa kita simpulkan bahwa kaum muslim akan terus berjuang dengan berbagai cara tanpa henti sampai seluruh dunia jatuh ke dalam dominasi mereka dan menerima syariah Islam, baik sebagai muslim maupun sebagai dhimmi (non-muslim yag tunduk pada syariah dengan membayar jizya, semacam pajak preman). Tujuannya adalah mewujudkan ketaatan seluruh umat manusia pada Allah. Itu tidak lain adalah peradaban yang totaliter dan memperbudak kemanusiaan... itulah hasil akhir dari visi peradaban Islam!
Dengan semangat totaliter ini tidak berlebihan jika Islam disebut juga sebagai komunisme yang bertuhan.
Disinilah ayat-ayat Alquran periode Mekah dibutuhkan sebagai bagian dari strategi Islam untuk mendominasi dunia. Islam periode Mekah yang damai dan toleran digunakan sebagai alat propaganda dan langkah awal. Siapapun yang punya hati nurani tentu tidak menyukai ajaran agama yang penuh kekerasan. Maka untuk menarik pengikut saat kaum muslim tidak memiliki kekuatan pemaksa atau tidak dapat menerapkan Islam ideologis, Islam selalu menampilkan dirinya dalam wajah religius yang damai dan toleran ala Islam periode Mekah....
Di Indonesia kita sangat beruntung... Sekalipun mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, namun pendiri bangsa ini telah menutup peluang penerapan syariah Islam dalam bernegara dengan menolak Piagam Jakarta. Dengan demikian gagasan Islam ideologis tidak banyak berkembang di negeri ini. Sepanjang sejarah berdirinya negeri ini, partai Islam belum pernah menjadi pemenang PEMILU. Itu sebabnya wajah Islam di Indonesia sejauh ini dapat dikatakan sebagai wajah Islam yang relatif damai dan ramah. Setidaknya dibandingkan dengan Islam di Timur Tengah...
Banyak umat Islam yang umumnya tidak mendalami ajaran Islam mengira Islam periode Mekah adalah Islam yang sesungguhnya sehingga merekapun dengan tulus beranggapan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kebaikan, kedamaian, dan bersikap toleran terhadap agama lain. Wajah Islam inilah yang kemudian diklaim oleh para politisi atau para apologis Islam sebagai wajah Islam yang sesungguhnya.
Tapi mereka yang mengerti Islam tahu bahwa berdasarkan fakta sejarah, Islam periode Mekah yang damai dan toleran adalah Islam pecundang yang gagal total. Bahkan kaum pagan penyembah berhala tidak tertarik untuk mengikuti agama baru ini meski yang menyebarkannya adalah Muhamad, nabi dan pengajar Islam terbaik. Jika Muhamad sendiri sudah gagal menyebarkan Islam dengan cara ini, pengikutnya juga tidak mungkin berhasil.
Maka dibalik setiap upaya penerapan Islam periode Mekah yang tanpak damai, selalu tersembunyi keinginan yang tak pernah padam untuk menerapkan Islam periode Madinah, yaitu Islam ideologis yang dominatif, haus kekuasaan dan sarat kekerasan..
Islam Madinah adalah wajah Islam sesungguhnya yang menjadi acuan bagi keberhasilan peradaban Islam. Seperti itulah bentuk final model peradaban Islam....
Kaum muslim yang memahami agamanya pasti akan menerapkan Islam Madinah jika keadaan memungkinkan... Ketika muslim berbicara tentang masyarakat madani, peradaban Islam Madinah inilah yang mereka maksudkan.
Dengan demikian Islam ideologis yang sarat semangat jihad adalah panggilan di dalam agama Islam yang sulit dihindari oleh mereka yang sudah memahami keislamannya! Inilah sumber munculnya terorisme yang akan selalu ada selama Islam ada!
Ini menjelaskan mengapa banyak sekali muslim yang sebelumnya baik dan toleran terhadap agama lain tiba-tiba berubah menjadi fanatik dan ideologis, bahkan siap berjihad SETELAH mereka mulai aktif mempelajari Islam secara mendalam. Entah itu di pesantren tertentu atau melalui berbagai pengajian yang dibimbing oleh ustad-ustad tertentu!
Jadi salah besar jika kita mengatakan bahwa mereka yang terlibat dengan gerakan jihad adalah orang-orang yang tidak memahami Islam. Umumnya mereka justru memahami Islam lebih baik dari kebanyakan muslim yang hidup damai dan toleran!
Sekarang, mari kita bandingkan dengan kristianitas!
Seperti juga Islam yang terbentuk dalam periode Mekah dan Madinah, kekristenan dibentuk dalam dua periode: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Tapi urutannya bertolak belakang dengan Islam... Unsur-unsur yang mengandung kekerasan seperti kisah-kisah peperangan dan juga hukuman mati bagi dosa-dosa tertentu, ada di Perjanjian Lama. Sebaliknya dalam ajaran Perjanjian Baru, ajaran yang penuh kasih dan semangat pengampunan menjadi sangat dominan.
Ini tergambar dengan jelas dalam Injil ketika orang-orang Yahudi membawa seorang pezinah ke hadapan Yesus. Menurut Hukum Taurat, perempuan pezinah harus dihukum mati dengan dilempari batu. Kepada mereka Yesus mengatakan, "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." Dengan jawaban ini orang-orang Yahudi kehilangan alasan untuk menghukum perempuan itu dan merekapun pergi. Kepada perempuan tersebut Yesus berkata, "Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang."
Tanpa membatalkan atau meng-abrogasi Hukum Taurat, Yesus memberikan solusi lain yang lebih baik: pengampunan dan belas kasih. Semangat Perjanjian Baru seperti inilah yang menjadi bentuk final dari kristianitas dan diajarkan pada semua manusia!
Selain itu kekristenan disebarkan bukan sebagai ideologi yang perlu propaganda dan pemaksaan, tapi melalui pengajaran dan teladan, "...pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku... " (Mat.28:19) demikianlah sabda Yesus.
Bahkan ketika menghadapi penolakan, penggunaan kekerasan dan pemaksaan tetap bukan pilihan. Kata Yesus: "... kalau ada suatu tempat yang tidak mau menerima kamu dan kalau mereka tidak mau mendengarkan kamu, keluarlah dari situ dan kebaskanlah debu yang ada di kakimu sebagai peringatan bagi mereka." (Mat.6:11)
Itu karena tujuan dari kekristenan bukanlah mendominasi dunia dan memperbudak manusia dengan mengatasnamakan ketaatan pada Allah, tapi untuk membebaskan manusia dari dosa sehingga kemanusiaan kita dapat menjadi ekspresi kemuliaan Tuhan.
Perlu dicatat bahwa kemuliaan Tuhan hanya bisa diekspresikan dengan sempurna dalam kebebasan manusia sebagai anak-anak-Nya, bukan dalam ketaatan seperti budak yang melakukan segala perintah karena takut hukuman.
Disini kita bisa melihat perbedaannya kontras sekali:
Islam bertujuan mendominasi dunia dan memperbudak kemanusiaan, sementara kekristenan justru membebaskan kemanusiaan agar menjadi ekspresi kemuliaan Tuhan!
Dalam Islam, penggunaan kekerasan adalah pilihan untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam kekristenan tujuan itu dicapai melalui teladan dan pengajaran bukan melalui pemaksaan, apalagi kekerasan.
Dengan perbedaan yang bagaikan langit dan bumi ini sebenarnya kita sudah bisa melihat manakah agama yang berasal dari Tuhan dan manakah yang bukan.
Islam bisa diibaratkan seperti makanan enak yang tampak menggiurkan dan menarik selera tapi di dalamnya terdapat racun mematikan. Jika seseorang hanya makan apa yang ada di permukaan tentunya tidak masalah. Ia bisa menjadi muslim yang baik dan ramah terhadap sesamanya. Tapi ketika ia terus menikmatinya dan tanpa sadar sampai pada bagian yang berracun di dalamnya, disitulah mulai timbul masalah. Ajaran-ajaran Islam yang sarat dengan semangat ideologis, kekerasan dan sikap intoleran mulai menjadi bagian dari hidupnya.
Islam juga bisa diibaratkan seperti serigala berbulu domba. Islam yang sering ditampilkan di permukaan adalah Islam dengan bulu domba yang mengajarkan kebaikan, damai, dan seolah punya semangat toleransi: bagimu agamamu - bagiku agamaku. Tapi di balik semua itu tersembunyi nafsu serigala Islam ideologis yang siap menerkam dan mendominasi dunia dengan segala cara kapanpun kesempatan itu ada, termasuk dengan kekerasan dan terorisme jika perlu.
Satu hal yang dapat disimpulkan: Islam sejak awal memang dirancang untuk menipu dan mencelakakan manusia....
Jadi apakah Islam agama damai? Ya, tapi itu cuma kulitnya. Islam yang sesungguhnya adalah ideologi totaliter yang agresif dan sama sekali jauh dari kedamaian!
Ketika para politisi dan para apologis Islam berbicara tentang Islam periode Mekah yang tampak di permukaan, para teroris dan ulama-ulama radikal berbicara soal Islam periode Madinah, yaitu jati diri Islam yang sesungguhnya!
Dua-duanya memang benar, tapi sekarang kita tahu Islam yang mana yang mereka maksudkan!
0 komentar:
Post a Comment